Senin, 08 Maret 2010

budnus

1. Aksara yang dibawa oleh Ajisaka
Aksara Hindu yang berasal dari India dibawa oleh Ajisaka ke Jawa, kemudian disebut dengan Hanacaraka. Sebagai balasan atas budaya yang dia bawa, Ajisaka meminta kepada Raja Jawa sebidang tanah selebar sorban yang ia kenakan. Sang Raja mengabulkan permohonannya, kemudian Ajisaka mulai membentangkan sorbannya. Ternyata sorban tersebut terus dan terus melebar, sampai akhirnya tiba di tepi laut. Sang raja terus terdesak hingga jatuh ke laut dan menjadi bajul putih (buaya putih). Aksara yang dibawa Ajisaka tersebut akhirnya menyebar luas di Jawa dan masih dipergunakan sampai sekarang.

2. Epik La Galigo, hubungan dengan nenek moyang orang pelaut
Epik La Galigo adalah epik terpanjang di dunia. Epik ini telah ada lebih dulu dibandingkan cerita Mahabharata, tetapi penyebarannya dipolitisasi sehingga tidak banyak diketahui. Isinya sebagian besar berbentuk puisi yang ditulis dalam bahasa Bugis Kuno. Epik ini mengisahkan tentang Sawerigading dan anaknya I La Galigo.
Sawerigading digambarkan sebagai seorang kapten kapal yang perkasa dan tempat-tempat yang dikunjunginya antara lain: Ternate, Gima (Bima atau Sumbawa), Jawa Rilau’ dan Jawa Ritengnga (jawa Timur dan Jawa Tengah), Sunra Lilau’ dan Sunra Riaja (kemungkinan Sunda Timur dan Sunda Barat), serta Melaka. I La Galigo yang bergelar Datunnakeling juga seperti ayahnya, seorang kapten perantau, pahlawan, dan perwira yang tiada bandingnya.
La Galigo bukanlah teks sejarah karena isinya penuh dengan mitos dan peristiwa-peristiwa luar biasa. Namun demikian, epik ini tetp memberikan gambaran kepada sejarawan mengenai kebudayaan Bugis sebelum abad ke-14.

Budaya Sirri na Pacce merupakan prinsip hidup bagi suku Makassar.
Sirri artinya malu, pacce artinya empati. Sirri dipergunakan untuk membela kehormatan terhadap orang-orang yang mau memperkosa harga dirinya, sedangkan pacce digunakan untuk membantu sesama anggota masyarakat yang berada di dalam penderitaan. Apabila seseorang tidak menjadikan sirri na pacce sebagai pandangan hidup, orang tersebut akan bertingkah laku melebihi binatang karena tidak memiliki unsur kepedulian sosial dan maunya menang sendiri.

3. Lambang burung garuda, mengapa dijadikan lambang negara
Burung Garuda merupakan burung mistis yang berasal dari mitologi Hindu yang berasal dari India dan berkembang di Indonesia sejak abad ke-6. Burung Garuda sendiri melambangkan kekuatan, sementara warna emas pada burung Garuda itu melambangkan kemegahan atau kejayaan.
Sejarahnya:
Perancangan lambang negara dimulai pada Desember 1949, beberapa hari setelah pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda. Kemudian pada tanggal 10 Januari 1950, dibentuklah Panitia Lencana Negara yang bertugas menyeleksi utusan usulan lambang negara. Dari berbagai usul lambang negara yang diajukan, rancangan karya Sultan Hamid II-lah yang diterima.
Setelah disetujui, rancangan itupun disempurnakan sedikit demi sedikit atas usul Presiden Soekarno dan masukan berbagai organisasi lainnya. Akhirnya, pada bulan Maret 1950 jadilah lambang negara seperti yang kita kenal sekarang. Rancangan final lambang negara itupun secara resmi diperkenalkan kepada masyarakat dan mulai digunakan pada tanggal 17 Agustus 1950 dan disahkan penggunaannya pada 17 oktober 1951 oleh Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Sukiman Wirdjosandjojo melalui PP 66/1961, dan kemudian tata cara penggunaannya diatur melalui PP 43/1958.

4. Budaya suap Tionghoa
Legenda Budaya Suap di Tionghoa
Falsafah China adalah kerja keras. Zaman dahulu ada pasangan yang baru menikah, Setelah pernikahan itu, pasangan tersebut tidak bekerja dan hanya mengobrol saja. Dewa yang mengetahui hal tersebut menjadi murka dan memisahkan mereka ke dua planet yang berbeda. Pada suatu hari tersiar kabar bahwa dewa akan melakukan sidak. Mengetahui hal tersebut, sang suami menyediakan banyak kuaci untuk menyuap dewa. Dewa yang senang dengan kuaci menjadi bersikap baik kepada sang suami. Akhirnya, saat sang suami meminta untuk bertemu dengan istrinya, dewa dengan sangat mudahnya memberikan izin. Inilah sebabnya dalam budaya Tionghoa, untuk mencapai segala sesuatu berbagai cara dihalalkan.

5. Pancamahabutha dan ngaben
Pancamahabutha (Makrokosmos, lima unsur besar)
Menurut orang Bali manusia itu terdiri dari 3 bagian, yaitu raga sarira, sukma sarira, dan antahkarana sarira. Raga sarira adalah badan kasar yang dilahirkan karena nafsu (ragha) antara ibu dan bapak. Sukma sarira adalah badan astral (halus) yang terdiri dari alam pikiran, perasaan, keinginan, dan nafsu (cinta, manah, indriya, dan ahamkara). Antahkarana sarira adalah yang menyebabkan hidup atau Sang Hyang Atma (roh).
Raga sarira atau badan kasar manusia terdiri dari unsur pancamahabutha, yaitu prthiwi, apah, teja, bayu, dan akasa. Prthiwi adalah unsur tanah, yaitu bagian badan yang padat; apah adalah zat cair, yaitu bagian badan yang cair, seperti darah, kelenjar, keringat, air susu, dll; teja adalah api, yaitu panas badan atau suhu, bisa juga emosi; bayu adalah angin, yaitu nafas; dan akasa adalah ether, yakni unsur badan yang terhalus seperti rambut atau kuku.

Ngaben
Ngaben merupakan bagian budaya Bali, yaitu upacara pemberian bekal bagi roh untuk kembali kepada asalnya, serta pembakaran mayat, tawulan, atau awak awakan sawa untuk mempercepat proses kembalinya unsur pancamahabutha ke asalnya. Ngaben dibagi 2, yakni Ngaben Sarat dan Ngaben Sederhana. Ngaben Sarat adalah ngaben yang penuh sarat dengan perlengkapan-perlengkapan upakara bebanten dan peralatan lainnya, sedangkan ngaben sederhana dilakukan dengan cara yang sangat sederhana.

Hubungan pancamahabutha dan ngaben
Ketika manusia itu meninggal sukma sarira dengan atma (roh) akan pergi meninggalkan badan. Atma yang sudah begitu lama menyatu dengan sarira sulit sekali meninggalkan badan itu, padahal sudah tidak dapat difungsikan karena beberapa bagiannya sudah rusak. Hal ini merupakan penderitaan bagi Atma. Agar tidak terlalu lama terhalang, badan kasarnya diupacarakan untuk mempercepat proses kembalinya ke alam, yakni pancamahabutha. Demikian juga bagi sang Atma perlu juga dibuatkan upacara untuk pergi ke alam fitrah dan memutuskan ikatan dengan badan kasarnya. Proses inilah yang disebut ngaben.
Kalau upacara ngaben tidak dilaksanakan dalam kurun waktu yang cukup lama, badan kasarnya akan menjadi bibit penyakit yang disebut Bhuta Cuwil dan Atmanya akan mendapatkan neraka.

Tambahan copas dari sumber lain:
1. a) jelaskn sbua cerita yg mnggmbrkan bahwa kebudayaan indonesia digeser olh kebudayaan hindu
b) sebutkan aksara yg berasal dari india

2. a) apaa yg kmu ketahui ttg ngaben?
b) apa yg kmu ketahui ttg pancamahabutha?
c) apa hub ngaben sm pancamahabutha?

3. a) apa yg kmu ketahui ttg siri na pace?
b) apa yg kmu keahui ttg la galiga?
c) apa ubungan la galiga dgn lagu nenek moyangku seorang pelaut

4) a)apa lambang negara indonesia?
b) kenapa hal itu bisa di jadikan lambang negaa indonesia?

5. a)kenapa tionghoa di jadikan suku bangsa indonesia sdangkan arab dan india gak?
b) 1) apa filosofi tonghoa
2) apa hubungan filosofi tionghoa dgn kebudayaan suap,,,
3) ceritakan legenda suap di tionghoa
c) bagaimna sikap indonesia menghadapi filosofi tionghoa tersebut,,,

Jawabannya:
1.b) nama aksara India: aksara Brahmi
Aksara Brahmi adalah aksara yang digunakan di India semasa pemerintahan Raja Asoka (270 SM - 232 SM). Aksara ini ditulis dari kiri ke kanan meskipun berdasarkan huruf Aram atau huruf Fenisia di Timur Tengah yang ditulis dari kanan ke kiri.

Aksara Brahmi ini untuk perkembangan aksara di Asia sangatlah penting, sebab ini adalah cikal bakal semua aksara di India dan juga di Asia Tenggara, termasuk di Nusantara.

Aksara Brahmi berkembang menjadi berbagai jenis aksara, yang biasanya dibagi menjadi aksara khas India Utara yang lebih bersudut dan aksara India Selatan yang lebih bulat. Setelah sekian lama, beberapa aksara menjadi dihubungkan dengan bahasa-bahasa tertentu. Aksara India Selatan menyebar ke Asia Tenggara sementara aksara khas India Utara menyebar ke Tibet. Sekarang keturunan aksara Brahmi digunakan di India, Sri Lanka, Nepal, Bhutan, Tibet, Burma, Thailand, Laos, dan beberapa enklave tersebar di Indonesia, Cina, Vietnam, dan Filipina.

2. a), b) c) ada di IMMSI yg 2009... smangadh!!

3. a), b), c) juga ada di IMMSI.... baca lg ya...

4. a) Garuda Pancasila
b) dlm sebuah cerita, garuda berhasil membebaskan ibunya dari perbudakan. hal ini menunjukkan semangat yang sama bagi rakyat Indonesia yang berhasil membebaskan negrinya dr bangsa Penjajah.
slaen itu...garuda juga digambarkan sebagai burung yng gagah berani dan merupakan burung yg dianggap suci dalam mitologi hindu,

lengkapnya baca buku bu woro ya.... Hamasah!!!

o ya...ni ada cerita ttg burung garuda:

Kasih Burung Garuda

Dewi Winata dan Dewi Kadru adalah puteri Dhaksa, dan keduanya beserta saudari-saudarinya menjadi isteri dari Bhagawan Kasyapa. Dewi Kadru melahirkan ribuan telur dan telah menetas semuanya menjadi ular, yang diantaranya adalah Naga Taksaka dan Basuki. Dewi Winata cemburu, karena dua telornya belum menetas juga, maka satu telurnya dipecah, dan keluar burung Arun yang masih setengah jadi, tanpa punya bagian perut ke bawah. Sang Dewi pun dikutuk Sang Putra bahwa Sang Ibu akan menjadi budak.

Pada suatu hari, Dewi Winata terlibat pertaruhan dengan Dewi Kadru mengenai warna ekor kuda Uchaisrawa yang akan keluar dari samudera. Dewi Winata bertaruh bahwa kuda tersebut ekornya berwarna putih. Para ular memberi tahu Dewi Kadru, Sang Ibu bahwa dia akan kalah, karena memang ekor kuda tersebut berwarna putih. Dewi Kadru meminta anak-anaknya menutupi ekor kuda agar ekornya nampak berwarna hitam. Ular yang menolak dikutuk akan mati sebagai persembahan. Mereka yang menolak amat sedih dan bertapa mohon keselamatan dari Yang Maha Kuasa. Akhirnya kedua dewi tersebut melihat bahwa ekor kuda berwarna hitam dan Dewi Winata menjadi budak Dewi Kadru untuk memelihara ular-ular putranya.

Telor Winata akhirnya menetas menjadi Garuda. Garuda paham bahwa dirinya harus berterima kasih kepada ibunya yang telah menyebabkan dirinya lahir di dunia. Dalam diri Garuda sudah ada benih kasih. Dia mencari ibunya dan akhirnya mengetahui bahwa ibunya menjadi budak perawat para ular. Garuda berusaha sekuat tenaga membebaskan, akan tetapi para ular sangat lincah. Garuda bertanya dengan pengganti apa, dia dapat membebaskan ibunya dari perbudakan. Para ular meminta “tirta amerta”, air yang membuat “a-merta”, tidak mati. Garuda berupaya sungguh-sungguh untuk mendapatkan air tersebut. Segala halangan dan rintangan dilewatinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar